Uruguay Siap Cakar Oranje

6 Jul 2010


Untuk pertama kalinya dalam 40 tahun terakhir, Uruguay berhasil lolos ke semifinal Piala Dunia. Malam ini kesebelasan Uruguay harus menghadapi tim nasional Belanda untuk memperebutkan tempat di final. Masa lalu sepak bola negara Amerika Latin ini amat cemerlang, namun prestasi gemilang Uruguay sudah lama terkubur.

Kali ini, Uruguay berdebar penuh ketegangan. Duel malam ini mungkin tak akan jadi pertandingan spektakuler, namun yang pasti Uruguay siap mencakar Oranje.

La garra charrua atau 'cakar charrua' pasti bisa memberi kekuatan pada kesebelasan nasional. Demikian tulis media Uruguay mengenai pertandingan Selasa (06/07) malam. Media merujuk kepada Charrua, penduduk asli Uruguay, yang punya tekad kuat dalam menghadapi tantangan apa pun.

Alun-alun Penuh
Berbeda dengan warga Belanda, 3,2 juta penduduk Uruguay tidak berkeliaran dengan kaus kesebelasan nasional. Suasana kota pun normal-normal saja, tak ada atribut sepak bola dipamerkan. Namun beberapa minggu terakhir, selepas pertandingan Uruguay, alun-alun selalu penuh sesak oleh orang-orang yang merayakan kemenangan tim nasional. Mereka bangga, akhirnya kesebelasan nasional mereka mengikuti jejak nenek moyang yang cemerlang.

Prestasi gemilang Uruguay di masa lalu mungkin tak bisa ditandingi lagi. Pada Olimpiade 1924 di Paris dan Olimpiade 1928 di Amsterdam, Uruguay merebut medali emas. Keberhasilan ini membuat FIFA, yang waktu itu baru didirikan, memutuskan menjadikan Montevideo, ibukota Uruguay, sebagai tuan rumah Piala Dunia pertama.

Piala Dunia pertama yang digelar tahun 1930 kembali dimenangkan Uruguay, sang tuan rumah. Empat tahun kemudian, pada Piala Dunia di Roma, Uruguay mengundurkan diri dari kompetisi sebagai protes menentang rezim fasisme Benito Mussolini. Dan pada 1950 di stadion terkemuka Maracaná di Rio de Janeiro, Uruguay berhasil menaklukkan Brasil di final dengan 2-1.

Satu-satunya
Sudah berhari-hari media massa Uruguay dipenuhi sejarah sepak bola Uruguay. Tentu saja, media juga menganalisis kualitas pemain kesebelasan nasional saat ini, seperti Diego Forlán, pemain Atlético Madrid, Luis Suárez dan Nicolás Lodeiro, yang juga bermain untuk Ajax. Ketidakhadiran penyerang Suarez di semifinal, akibat kartu merah yang diterimanya ketika bertanding melawan Ghana, merupakan bencana bagi Uruguay.

Senin (05/07) kapten Diego Lugano masih belum berani berkomentar mengenai kemungkinan lolos ke final. Namun ia cukup puas dengan hasil pertandingan sampai saat ini: luar biasa bahwa negara kecil seperti Uruguay jadi satu-satunya negara Amerika Latin yang masih bertahan di Piala Dunia. Sedangkan negara-negara Latin lainnya, Brasil yang penuh percaya diri, Argentinia, dan Paraguay sudah terlebih dahulu diusir pulang.

Dalam wawancara dengan koran La Repúplica, Gelandang Diego Pérez menyatakan, "ia merasa terhormat untuk mewakili seluruh kontinen Amerika Latin." Perez sadar, Belanda adalah "lawan kuat dengan teknik sangat bagus," namun ia juga percaya, timnya mampu mengambil langkah tepat pada waktu yang tepat.

Spektakuler
Koran Spanyol El País menulis, sudah empat kali Uruguay dan Belanda bertanding melawan satu sama lain. Tiga dari empat pertandingan dimenangkan Uruguay. Satu-satunya kekalahan Uruguay terjadi pada Piala Dunia 1974 di Jerman, ketika tim Belanda bermain dengan sangat spektakuler. Sejak saat itu, di seluruh Amerika Selatan, kesebelasan Belanda dijuluki 'Naranja Mecánica' - merujuk pada permainan tanpa cacat yang disajikan Oranje.

Óscar Washington Tabárez, pelatih Uruguay, mengakui kekuatan tiga negara Eropa yang masih bertahan di Piala Dunia dan berusaha memperebutkan titel Juara Dunia di Afrika Selatan. Toh ia lebih percaya kepada kemampuan timnya. "Kami punya impian besar. Jika kami tidak punya mimpi dan tak berani mencoba mewujudkannya, kami tak akan berada di sini sekarang."
Sumber: Radio Nederland Wereldomroep (RNW)



Related Post:

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e:
:f: :g: :h: :i: :j:

Posting Komentar